Jumat, 30 Maret 2012

sehari dikediaman Rosulullah S.A.W.

SEHARI DIKEDIAMAN ROSULULLAH S.A.W.
Oleh : Syaikh Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Qasim
Daftar Isi :

Mukaddimah

Segala puji hanyalah bagi Allah Subhannahu wa Ta'ala semata, Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa hidayah dan dien yang haq. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada pemimpin para rasul, yang diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam. Wa ba’du;

Mayoritas kaum muslimin pada hari ini terjebak di antara dua sikap yang kontradiktif terhadap Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam. Ada yang bersikap berlebih-lebihan terhadap Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam, hingga terseret ke dalam perbuatan syirik, seperti memohon kepada beliau atau beristighatsah kepadanya. Dan ada pula yang memandang remeh kedudukan beliau selaku utusan Allah Subhannahu wa Ta'ala , pada akhirnya ia berani melang-gar petunjuk beliau, tidak meneladani sirah (peri kehidupan) beliau, dan tidak pula menjadikannya sebagai pelita kehidupan dan rambu perjalanan.

Lembaran-lembaran yang terbilang sedikit ini -yang hadir di hadapan pembaca- adalah salah satu upaya memperkenalkan biografi dan seluk beluk kehidupan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dengan metode yang ringkas dan praktis. Apa yang kami sajikan ini belumlah dapat dikatakan memadai untuk itu, sebab kami hanya menampilkan beberapa petikan mengenai karakteristik Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam. Kami juga menyinggung beberapa permasalahan yang sering terluput dalam kehidupan kaum muslimin sehari-hari. Kami cukup mencantumkan dua atau tiga hadits saja untuk tiap-tiap karakteristik.

Kehidupan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam adalah kehidupan yang penuh teladan bagi umat, acuan dakwah sekaligus sebagai pedoman hidup. Beliau Shalallaahu alaihi wasalam adalah teladan dalam ketaatan, dalam beribadah dan berakhlak yang mulia.
Teladan dalam bermuamalah yang baik dan dalam menjaga kehormatan dan kemuliaan. Cukuplah pujian Allah Subhannahu wa Ta'ala atas beliau sebagai buktinya, Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman,
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)

Ahlus Sunnah wal Jamaah menempatkan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam pada kedudukan yang diberikan Allah Subhannahu wa Ta'ala kepada beliau, yaitu sebagai hamba Allah dan Rasul-Nya. Ahlus Sunnah wal Jamaah tidaklah berlebih-lebihan dalam menyanjung Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Kedudukan yang telah diberikan Allah Subhannahu wa Ta'ala sudah cukup untuk menunjukkan ketinggian derajat beliau. Kita, sebagai Ahlus Sunnah, wajib berjalan di atas prinsip tersebut, kita tidak boleh mengada-adakan perbuatan bid’ah, seperti mengadakan peringatan maulid Nabi Shalallaahu alaihi wasalam serta perayaan-perayaan sejenisnya. Namun manifestasi cinta kita kepada beliau ialah dengan mentaati perintah beliau, menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan dibencinya.
Dalam sebuah syair dituturkan:
Yang harus kita maklumi,
beliau hanyalah seorang manusia biasa.
Di samping beliau adalah hamba Allah yang terbaik.
Allah mengistimewakan beliau dengan stempel putih kenabian.
Bagaikan cahaya yang terang bersinar.
Allah menyertakan nama beliau dengan asma-Nya.
Saat muadzin mengumandangkan adzan lima kali sehari semalam dengan bersyahadat.
Hingga nama beliau dipetik dari nama-Nya sebagai penghormatan.
Allah Subhannahu wa Ta'ala pemilik ‘Arsy adalah Yang Maha Terpuji,
Sementara beliau adalah yang terpuji.

Meskipun kita tidak sempat menyaksikan beliau Shalallaahu alaihi wasalam secara langsung di dunia, karena terpisah ruang dan waktu, namun kita tidak akan bosan memohon kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala semoga kita termasuk orang-orang yang disebutkan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dalam sabdanya: 
“Betapa ingin aku bertemu dengan saudara-saudaraku!” Para sahabat Shalallaahu alaihi wasalam berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah kami ini saudara-saudaramu?” Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menjawab, “Kamu sekalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudaraku adalah generasi yang belum lagi muncul.” “Wahai Rasulullah, bagaimanakah engkau dapat mengenali suatu generasi dari umatmu yang belum lagi muncul?” tanya sahabat. Beliau Shalallaahu alaihi wasalam menjawab, “Bagaimanakah menurutmu, bila seseorang memiliki seekor kuda yang putih kepala dan kakinya di antara kuda-kuda yang hitam legam, bukankah dia dapat mengenali kudanya?” “Tentu saja wahai Rasulullah!” jawab mereka. “Sungguh, mereka akan datang dengan warna putih bercahaya pada wajah dan tubuh mereka disebabkan air wudhu’. Dan akulah yang akan mendahului mereka tiba di telaga (Al-Kautsar)!” jawab beliau.” (HR. Muslim)

Saya memohon kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala semoga kita semua tergolong orang-orang yang mengikuti jejak beliau Shalallaahu alaihi wasalam dan meneladani kehidupan beliau serta menapaki sunnah-nya. Saya juga memohon kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala semoga Dia Shalallaahu alaihi wasalam mengumpulkan kita bersama beliau di Surga ‘Aden. Dan semoga Allah Subhannahu wa Ta' ala memberikan pahala yang sempurna bagi beliau Shalallaahu alaihi wasalam sebagai balasan atas seluruh yang telah beliau persembahkan. Shalawat dan salam semoga tercurah atas beliau, segenap keluarga serta sahabat.


Kunjungan Istimewa

Marilah kita telusuri kembali kurun yang telah berlalu. Membuka lembaran-lembaran masa silam. Membaca dan memperhatikan dengan seksama kisah-kisahnya. Kita akan mengadakan kunjungan istimewa, mengunjungi Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam di rumah beliau melalui untaian kata dan kalimat. Singgah di rumah beliau barang sehari saja. Melihat-lihat keadaan rumah beliau serta beberapa kisah tentangnya. Guna mengambil pelajaran dan ibrah yang akan menjadi pelita dalam amal perbuatan kita.

Seiring dengan pesatnya kemajuan ilmu pengeta-huan akhir-akhir ini, literatur-literatur yang dibaca kaum muslimin pun semakin banyak. Mereka dengan mudah dapat mengunjungi Timur dan Barat melalui buku-buku dan tulisan-tulisan, melalui film-film dan berbagai referensi lainnya. Padahal, sebenarnya kita lebih berhak mengada-kan kunjungan syar’i ke rumah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam daripada mereka. Untuk melihat keadaannya, kemudian bersungguh-sungguh meneladani apa yang kita lihat dan dengar tentangnya. Namun disebabkan terbatasnya kesempatan, kita hanya menyorot beberapa keutamaan di rumah beliau Shalallaahu alaihi wasalam, mudah-mudahan kita dapat mendidik diri kita untuk dapat menerapkannya di rumah masing-masing.

Wahai saudaraku seiman ….
Tujuan kita membuka lembaran masa silam bukan-lah hanya untuk menikmati atau melihat-lihat kisah-kisah yang sudah berlalu. Namun tujuan kita yang hakiki adalah menjadikannya sebagai wasilah untuk beribadah kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala. Dengan membaca sirah (sejarah hidup) Nabi Shalallaahu alaihi wasalam diharapkan kita dapat mengikuti sunnah beliau dan berjalan di atas manhaj (pedoman) beliau. Sebagai bentuk ketaatan kita kepada perintah Allah Subhanahu wata’ala; yaitu kewajiban mencintai Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam. Di antara tanda-tanda kecintaan kepada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ialah mentaati perintah beliau dan menjauhi segala yang dilarang dan dibencinya. Serta menjadikan beliau Shallallahu'alaihi wasallam ; sebagai teladan dan anutan. Mengenai hal itu Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman,
“Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran: 31)

Dalam ayat lain Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman,
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21)

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam sendiri menegaskan bahwa mencintai beliau termasuk salah satu sebab mendapatkan manisnya iman. Beliau Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
“Ada tiga perkara, bila terkumpul pada diri seseorang, ia pasti mendapatkan manisnya iman; hendaklah Allah Subhanahu wata’ala ; dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya.” (Muttafaq ‘alaih)

Dalam hadits lain beliau Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, 
“Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, tidak akan sempurna keimanan seseorang hingga ia menjadi-kan aku yang lebih dicintainya daripada orangtua dan anaknya sendiri.” (HR. Muslim)

Sirah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam adalah sirah yang sangat menakjubkan.
Banyak sekali pelajaran yang dapat kita petik dan petunjuk yang dapat kita teladani darinya.



Perjalanan yang Menyenangkan

Perjalanan menuju rumah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam untuk melihat seluk beluk kehidupan dan tata krama pergaulan beliau merupakan perjalanan yang sangat diidamkan setiap orang. Terlebih lagi bila diniatkan untuk menggapai pahala di sisi Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Sebuah perjalanan yang sarat ibrah dan pelajaran, penuh teladan dan anutan. Yaitu perjalanan melalui kitab-kitab dan riwayat-riwayat dari lisan para sahabat Radhiallahu'anhu ;. Sebab, kita tidak dibolehkan melakukan perjalanan ke makam atau rumah beliau atau ke tempat-tempat lainnya selain ke tiga masjid, sebagaimana yang disebutkan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dalam hadits:
“Janganlah mengadakan perjalanan (secara khusus) ke-cuali ke tiga masjid, Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjidil Aqsha.” (Muttafaq ‘alaih)

Kita wajib mentaati perintah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dengan tidak mengadakan perjalanan secara khusus kecuali ke tiga masjid tersebut. Bukankah Allah Subhannahu wa Ta'ala telah mengatakan,
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkan-lah.” (Al-Hasyr: 7)

Kita tidak boleh melakukan kunjungan ke tempat-tempat bersejarah peninggalan Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam, Ibnu Wadhdhah berkata, “Umar telah memerintahkan untuk menebang pohon tempat Rasulullah dibai’at, sebab orang-orang banyak mengunjungi pohon tersebut untuk shalat di sana.
Umar khawatir mereka terfitnah (tersesat jatuh ke dalam dosa syirik).” (Kisah tersebut dapat dilihat dalam Shahih Bukhari dan Muslim).

Ibnu Taimiyah memberikan komentar me-ngenai kunjungan ke gua Hira’: “Sebelum diangkat men-jadi rasul, beliau sering menyendiri untuk beribadah di sana. Dan di sanalah pertama sekali wahyu diturunkan kepada beliau. Akan tetapi setelah itu beliau tidak pernah sama sekali mengunjunginya bahkan tidak pernah mendekatinya. Demikian pula sahabat-sahabat beliau Shalallaahu alaihi wasalam. Beliau menetap di kota Makkah selama lebih kurang sepuluh tahun, namun tidak pernah sekalipun beliau mengunjunginya lagi atau mendaki ke atasnya. Demikian pula kaum mu’minin yang menetap bersama beliau di kota Makkah. Setelah beliau berhijrah ke Madinah, beliau berkali-kali memasuki kota Makkah, seperti pada saat menunaikan Umrah Hudaibiyah, saat penaklukan kota Makkah, di mana beliau berdiam selama dua puluh hari di sana, pada saat menunaikan Umrah Ji’ranah, namun beliau tidak pernah mendatangi gua Hira’ atau mengun-junginya…..” (Lihat Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah XXVII / hal. 251).

Sekarang kita akan mengunjungi Kota Al-Madinah An-Nabawiyyah, bangunannya mulai terlihat di hadapan kita. Itulah gunung Uhud, yang dikatakan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam : 
“Gunung ini mencintai kami dan kami pun mencintai-nya” (Muttafaq ‘alaih)

Sebelum memasuki kediaman Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , marilah kita lihat sejenak bentuk bangunannya. Janganlah terperanjat bila kita hanya menyaksikan sebuah bangunan kecil dengan tempat tidur yang sangat sederhana. Sebab Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam adalah seorang yang sangat zuhud terhadap dunia. Beliau Shalallaahu alaihi wasalam tidaklah menolehkan pandangan kepada kemewahan dan gemerlap harta benda dunia. Namun yang menjadi penyejuk mata hati beliau hanyalah ibadah shalat. (Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat An-Nasaa’i)

Beliau berkomentar tentang dunia sebagai berikut: 
“Apa artinya dunia bagiku! Kehadiranku di dunia hanyalah bagaikan seorang pengelana yang tengah berjalan di panas terik matahari, lalu berteduh di bawah naungan pohon beberapa saat, kemudian segera meninggalkannya untuk kembali melanjutkan perjalanan.” (HR. At-Tirmidzi)

Sekarang kita sedang berjalan menuju kediaman beliau Shalallaahu alaihi wasalam seraya mengayunkan langkah di jalan-jalan kota Madinah. Itulah kamar-kamar istri beliau mulai tampak. Kamar sederhana yang dibangun dari pelepah kurma dan polesan tanah, sebagian lagi dengan batu yang ditata sedemikian rupa, sementara bagian atasnya dipayungi dengan atap dari pelepah kurma.

Al-Hasan mengisahkan kepada kita: “Aku pernah masuk ke dalam rumah-rumah istri Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam; pada masa khilafah Utsman bin ‘Affan Radhiallaahu anhu. Langit-langit rumah tersebut dapat aku jangkau dengan tanganku.” (Lihat Ath-Thabaqat Al-Kubra karangan Ibnu Sa’ad I/hal 499 & 501, lihat juga kitab As-Sirah An-Nabawiyyah II/hal 274 karangan Ibnu Katsir)

Sungguh kediaman beliau adalah rumah yang sangat sederhana dengan beberapa kamar yang kecil.
Akan tetapi penuh dengan cahaya keimanan dan ketaatan, sarat dengan wahyu dan risalah ilahi!




0 komentar:

Iklan Islami

Radio Dakwah Islam